Mengenai Saya

Foto saya
Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
Aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku – Cor1415

BersamaMu adalah indah

walking on the dry sand swimming in the air

Minggu, 23 Mei 2010

petaniku = dirimu ?

Kisah tentang dua orang petani.




Alkisah ada 2 orang petani, mereka adalah pasangan kakak adik yang sudah berpenghasilan cukup dan memutuskan untuk pisah rumah karena sang kakak memutuskan untuk menikah sedangkan sang adik tidak.

Sebulan berjalan, sang kakak mulai berfikir”apa adikku berkecukupan disana?apa ada yang melayani dia di rumahnya?” atas dasar pemikiran itu maka sang kakak pun memutuskan untuk memberikan sekarung padi kepada adiknya. Dia tidak mau adiknya tahu bahwa beras itu dari kakaknya maka, pada malam hari, sang kakak membawa sekarung beras dan menyelinap ke lumbung padi adiknya.

Sampai bulan ke-dua, adiknya masih tidak tahu bahwa ada karung tambahan di lumbung padinya. Adiknya hanya berfikir”apa kakakku berkecukupan disana?kan dia menghidupi istri dan anaknya, apa dia masih cukup?” dia pun berkeinginan membantu kakaknya tanpa memberitahukannya lebih dahulu. Dia melakukan hal yang sama seperti apa yang pernah dilakukan kakaknya pada dia dulu, sang adik menyelinap malam-malam untuk meletakkan sekarung padi di lumbung padi kakaknya.

Setahun berlalu dan adik maupun kakaknya melihat keanehan pada keadaan lubung padi mereka karena jumlah karung padi yang ada di lumbung mereka masih sama jumlahnya, padahal harusnya berkurang satu setiap setelah mereka mengantarkan sekarung padi ke lumbung adik atau kakaknya.

Bulan ke 15 tiba. Suatu malam, di saat sang kakak mengantarkan sekarung beras ke lumbung padi adiknya, dia melihat ada seseorang yang dia kenal.

Itu adiknya! Apa yang dia bawa? Sekarung beras!

Mereka pun akhirnya saling bercerita alasan mereka membawa sekarung padi tersebut. Lalu mereka meletakkan karung beras dan berlari ke arah satu sama lain lalu berpelukan sambil menangis bersama.

”Adikku, ternyata aku menyayangimu seperti kamu menyayangiku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar